TIMES SAMARINDA, JAKARTA – Israel telah membunuh 10 anak dari seorang dokter anak yang bertugas di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis Gaza dengan serangan udara, Jumat (23/5/2025) siang. Satu anak selamat tetapi kondisinya kritis.
Israel kini berperang melawan anak-anak yang tidak berdosa dengan cara menjatuhkan bom dari udara terhadap rumah-rumah tempat tinggal. Rekan-rekan medis dokter itu menggambarkan pembantaian itu merupakan tragedi yang 'tak terbayangkan'.
Dr Alaa Al-Najjar juga menyaksikan suaminya, Dr. Hamdi Al-Najjar, terluka parah. Kini anaknya tersisa satu, yang berumur 11 tahun, terluka parah dan keadaannya kritis serta sedang menjalani operasi.
"Inilah kenyataan yang dialami staf medis kami di Gaza. Kata-kata tidak cukup untuk menggambarkan rasa sakitnya," ujar Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas, Dr. Muneer Alboursh.
"Di Gaza, bukan hanya petugas kesehatan yang menjadi sasaran, agresi Israel bahkan lebih dari itu, melenyapkan seluruh keluarga," tambahnya.
Rekaman grafis yang dibagikan oleh Pertahanan Sipil Palestina, dan diverifikasi oleh sejumlah media termasuk BBC, menunjukkan jasad anak-anak kecil yang ditarik dari reruntuhan bangunan yang ambruk oleh serangan udara tentara Israel di dekat pompa bensin di Khan Younis.
Dokter bedah Inggris, Dr. Graeme Groom, yang menjadi relawan di rumah sakit Nasser mengatakan, putra Dr. Al-Najjar yang selamat adalah pasien terakhirnya hari itu.
"Dia mengalami luka yang sangat parah dan tampak jauh lebih muda saat kami mengangkatnya ke meja operasi," katanya dalam sebuah video yang diunggah di media sosial.
Groom menambahkan, bahwa ayah anak tersebut, yang juga seorang dokter di rumah sakit yang sama, tidak memiliki hubungan politik maupun militer dan tampaknya tidak menonjol di media sosial dan menyebut hari itu sebagai 'hari yang sangat menyedihkan'.
"Tidak terbayangkan bagi wanita malang itu, mereka berdua adalah dokter di sini. Istrinya yang malang adalah satu-satunya yang tidak terluka, yang memiliki prospek kehilangan suaminya," ujarnya
Kerabat Youssef Al-Najjar, berbicara kepada AFP, menyampaikan permohonan yang emosional: “Cukup. Kasihanilah kami. Kami memohon kepada semua negara, komunitas internasional, rakyat, Hamas, dan semua faksi untuk mengasihani kami. Kami kelelahan karena pengungsian dan kelaparan," serunya.
Dr. Victoria Rose, dokter Inggris lainnya di rumah sakit tersebut, mengatakan, keluarga tersebut tinggal di dekat pom bensin dan menduga bahwa serangan itu mungkin disebabkan atau diperburuk oleh ledakan besar. "Begitulah kehidupan di Gaza. Begitulah kehidupan di Gaza," katanya lagi.
Pasukan Pertahanan Israel tidak mengomentari serangan itu secara langsung, tetapi dalam pernyataan umum mengatakan serangan itu telah mengenai lebih dari 100 target di seluruh Gaza dalam waktu 24 jam terakhir.
Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan sedikitnya 74 warga Palestina meninggal dunia karena pembantaian yang dilakukan Israel hanya dalam kurun waktu tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga mengecam pembatasan bantuan Israel karena memperburuk bencana kemanusiaan.
Meskipun Israel mencabut sebagian blokadenya pekan ini, mengizinkan masuknya 500–600 truk bantuan yang dalam jumlah terbatas, PBB mengatakan pengiriman tersebut jauh dari yang dibutuhkan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi 2,1 juta penduduk wilayah tersebut.
Sejak Israel melancarkan serangannya setelah militan Hamas menyerbu Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 lainnya, pada 7 Oktober 2023, lebih dari 53.000 warga Palestina telah dibunuh, dan sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, tetapi tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.
PBB telah memperingatkan bahwa Gaza saat ini sedang memasuki "fase paling kejam" dari peperangan tersebut, ini dibuktikan dengan perilaku Israel yang sangat kejam yang telah membunuh 10 anak dari seorang dokter anak yang bertugas di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis dengan serangan udara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Keji, Israel Menghabisi Sembilan Anak-anak dari Seorang Dokter di Gaza
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |