TIMES SAMARINDA, SAMARINDA – “Di mana bumi dipijak, langit pun dijunjung.” Pesan sarat makna ini menjadi pembuka dialog budaya “Sadak Taka 2025: Suara Seni dari Kalimantan Timur”, yang digelar oleh Tirtonegoro Foundation di Taman Cerdas PKK Edu Park, Jalan S. Parman, Samarinda, Sabtu (11/10/2025) malam.
Wakil Wali Kota Samarinda (Wawali Samarinda) H. Saefuddin Zuhri hadir sebagai narasumber utama dalam kegiatan tersebut. Dialog budaya ini juga menghadirkan Bayu Cahyo Adi dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XIV, serta para pemerhati seni dan budaya dari berbagai daerah di Kalimantan Timur.
Dalam paparannya, Saefuddin menekankan pentingnya menghormati adat istiadat dan nilai-nilai lokal sebagai dasar kehidupan sosial masyarakat. “Kita harus mengerti, di mana bumi dipijak, langit pun dijunjung. Teman-teman dari berbagai daerah harus menghormati budaya yang ada di Samarinda,” ujarnya di hadapan para peserta dialog.
Ia mencontohkan keberadaan paguyuban Sijaka (Silaturahmi Keluarga Jawa Kalimantan) sebagai bentuk nyata akulturasi budaya di Kota Tepian. “Sijaka itu bukan hanya orang Jawa, tapi juga ada hasil perkawinan antar suku Jawa dengan Kutai, Banjar, Dayak, dan lainnya. Semua hidup berdampingan di kota ini. Karena itu, siapa pun yang datang ke Samarinda wajib menghormati adat dan sopan santun yang berlaku,” jelasnya.
Menurutnya, etika dan adab merupakan warisan leluhur yang menjadi pondasi kehidupan sosial. Namun, di tengah derasnya arus teknologi digital, nilai-nilai tersebut mulai terkikis. “Jangan sampai karena era digital, adab kita luntur. Termasuk dalam menjaga tempat umum seperti taman. Kalau rumput diinjak dan fasilitas rusak, itu juga bagian dari hilangnya rasa hormat terhadap lingkungan padahal itu bagian dari kebudayaan kita,” katanya mengingatkan.
Komitmen Pemkot Samarinda terhadap Pelestarian Budaya
Penyerahan souvenir kepada narasumber. (Foto: Afdani Dokpim for TIMES Indonesia)
Saefuddin juga menegaskan komitmen Pemerintah Kota Samarinda dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan budaya lokal. Salah satu langkah nyata adalah mengangkat Festival Budaya Dayak Kenyah di Kelurahan Pampang menjadi ajang berskala internasional pada tahun mendatang.
“Ini bagian dari upaya kita memperkenalkan kekayaan budaya Samarinda dan Kalimantan Timur ke kancah dunia,” ucapnya.
Selain itu, ia menyoroti revitalisasi kawasan Citraniaga yang kini tampil lebih tertata dan nyaman untuk kegiatan budaya serta ekonomi kreatif. Kawasan ini pernah meraih Aga Khan Award for Architecture, sebuah penghargaan internasional bergengsi atas tata ruang yang humanis.
“Pemerintah ingin menghidupkan kembali semangat itu agar Citraniaga menjadi ruang yang memuliakan budaya, seni, dan masyarakatnya,” tutur Saefuddin.
Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
Dalam kesempatan tersebut, Wawali mengingatkan bahwa pelestarian budaya tidak mungkin dilakukan pemerintah sendiri. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan masyarakat agar nilai-nilai budaya tidak tergilas modernisasi.
“Tidak mungkin pemerintah bekerja sendiri. Kalau masyarakat ikut bergerak, Insyaallah budaya kita akan terus lestari dan tidak tergilas arus modernisasi,” pesannya.
Dengan nada nostalgia, Saefuddin juga mengenang permainan tradisional seperti gasing, igrang, dan patelele yang dulu menjadi bagian keseharian anak-anak Samarinda. “Sekarang anak-anak lebih banyak main HP. Padahal pelepah pisang dan bambu kecil dulu bisa jadi mainan seru. Itu tradisi yang harus kita hidupkan lagi,” ujarnya sambil tersenyum.
Ruang Budaya yang Terus Hidup
Menutup dialog budaya malam itu, Saefuddin Zuhri menyampaikan apresiasi kepada Tirtonegoro Foundation atas inisiatif menyelenggarakan kegiatan tersebut. Ia menilai acara seperti ini penting untuk membangkitkan semangat pelestarian adat dan adab sebagai jati diri Kota Samarinda.
“Saya sangat berterima kasih. Kegiatan seperti ini jangan berhenti di sini. Pemerintah Kota Samarinda siap mendampingi dan berkolaborasi untuk melestarikan adat dan adab yang menjadi jati diri kota kita,” tuturnya. (d)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wawali Samarinda Ajak Masyarakat Junjung Adat dan Adab di Tengah Arus Modernisasi
Pewarta | : Ahmad Syahir |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |