https://samarinda.times.co.id/
Opini

Generasi Sepotong di Era Informasi Digital

Sabtu, 21 Juni 2025 - 16:30
Generasi Sepotong di Era Informasi Digital Dr. Aries Utomo, M.Pd., Dosen Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman Samarinda.

TIMES SAMARINDA, SAMARINDA – Di era digital saat ini, segala bentuk informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, tak terkecuali informasi dari media sosial. Namun, tampaknya informasi saat ini sudah tak mengenal batas apapun dan dengan mudahnya membuat informasi yang tak biasa menjadi luar biasa bahkan viral dimana-mana. 

Kita bisa lihat beberapa kasus yang membuat gempar publik secara nasional, seperti pembunuhan , perselingkuhan pejabat publik, hingga korupsi yang tidak ada habisnya. 

Informasi yang ditampilkan pada media sosial pun dibuat beragam. Ada yang informasinya panjang dan lengkap, tetapi ada juga yang pendek, tanpa menampilkan keseluruhan sehingga Masyarakat dengan mudahnya percaya. 

Informasi yang ada seolah membentuk satu pemikiran pendek (framing) dan menjurus pada Kesimpulan tak berdasar. Pada akhirnya, kita pun sekarang ini hidup di era generasi digital, namun menjadi generasi sepotong. 

Generasi yang hanya mengandalkan informasi yang sepotong, namun sudah menjadi kesimpulan akhir, viral dan bahkan menjadi keuntungan bagi segelintir orang melalui informasi tersebut. 

Langkah apa yang harus kita lakukan? Pertama, pilihlah berita sesuai kebutuhan. Kedua, pahami dengan baik berita yang didapatkan sebelum mengambil kesimpulan. Ketiga, jika informasi kurang lengkap, sebaiknya menelusuri dari sumber lain yang lebih valid. Keempat, buatlah kesimpulan paripurna yang tepat sesuai informasi yang didapat. 

Saya pikir, hal ini pun dapat membantu meminimalisir atau memperjelas informasi kurang lengkap tersebut yang beredar di Masyarakat. Hal ini akan menciptakan efek kebenaran ilusi, yaitu “Kebohongan yang terus-menerus diulang, bisa menjadi suatu kebenaran” di Masyarakat. 

Peran pemerintah juga sangat penting mengatasi hal ini. Mungkin bisa melalui penegakan kembali bahkan memperkuat regulasi-regulasi digital yang ada atau memantau langsung arus informasi yang berkembang, perlukah tim satgas? 

Perlu atau tidaknya tergantung kebutuhan dan Keputusan para stakeholder. Mengingat hal ini pun perlu aturan hukum yang jelas serta pendanaan yang tidak sedikit. 

Seperti diketahui bahwa arus informasi yang ada saat ini seperti tak terbatas. Perlu pengkajian dan penyesuaian sebaran informasi yang diatur oleh Kementerian terkait. 

Walaupun sudah banyak regulasi atau aturan hukum yang diterbitkan, namun sepertinya belum banyak berdampak lebih di Masyarakat. Selain itu, Masyarakat sepertinya acuh tak acuh terhadap aturan-aturan tersebut. Pemerintah perlu memberikan aksi lebih nyata selain hanya menghimbau dan sosialisasi saja. 

Ditambah lagi, makin banyaknya informasi dan video dalam bentuk reels pada akun medsos yang pendek dan seakan memframing satu berita saja tanpa lengkap. Hal ini Ibarat “Mati Satu, Tumbuh Seribu”, hampir tiap hari berita maupun video berkembang dengan beragam dan melalui akun-akun baru yang tidak jelas asal usulnya. 

Sehingga, rentan sekali bagi generasi saat ini baik anak-anak maupun dewasa mengkonsumsi informasi-informasi tersebut dan dengan mudahnya terhasut dan adu domba pun tercipta. 

Sebagai seorang akademisi, saya berpandangan bahwa peningkatan literasi Masyarakat terhadap informasi yang diterima baik itu melalui media sosial atau platform informasi lainnya masih sangat diperlukan dan harus selalu disosialisasikan dimana pun berada. Masyarakt dengan mudahnya terbuai oleh informasi-informasi pendek yang tidak valid sumbernya, dan dari informasi itu lah berkembang liar. 

Kita juga harus menyadari perkembangan teknologi saat ini mampu memanipulasi apa pun. Perlu kebijakan dan ketelitian dari diri sendiri menyerap informasi-informasi yang didapatkan. 

Kesadaran dan kerjasama Pemerintah dan Masyarakat sangatlah berperan penting dalam hal ini. Di eksternal, pemerintah berperan penting melalui kuasa yang dimilikinya untuk meminimalisir kesalahan informasi ini. 

Sebaliknya di Internal, diri sendiri perlu untuk menyadari dan selalu peka terhadap informasi yang didapatkan. Jangan sampai percaya begitu saja ketika seseorang hanya membagikan melalui pesan berantai di Whatsapp Group atau pun pribadi. Dan akhirnya malah berakibat negatif terhadap informasi yang didapatkan. 

Sampai hari ini, saya masih yakin bahwa Masyarakat kita semakin cerdas dan dewawa dalam memilih informasi yang dibutuhkan, walaupun serangan dari informasi-informasi sepotong yang didapatkan melaui reels Instagram ataupun short video bahkan website berita online yang belum valid sumbernya. 

Selain itu, pemerintah juga melalui Kementerian terkait telah memberi media untuk mengecek bahkan melaporkan informasi yang tidak benar tersebut kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, bijaklah dalam mengelola informasi yang didapatkan agar tidak selalu menjadi bagian dari generasi sepotong yang hanya percaya dari berita-berita pendek yang didapatkan dan tak berdasar.

***

*) Oleh : Dr. Aries Utomo, M.Pd., Dosen Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman Samarinda.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Samarinda just now

Welcome to TIMES Samarinda

TIMES Samarinda is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.